kesehatan

Pakar: Lockdown Berisiko Tingkatkan Risiko Penularan HIV

— Demi menekan laju pertumbuhan infeksi virus corona, beberapa negara melakukan lockdown dan karantina di rumah saja. Namun pakar kesehatan AS memperingatkan bahwa langkah ini secara tak langsung bakal secara tak sengaja merusak upaya menekan penyakit lain yang berpotensi mematikan, yaitu HIV.

Pada awal April, Travis Sanchez, seorang ahli epidemiologi di Emory University, melakukan survei online terhadap sekitar 1.000 pria yang berhubungan seks dengan pria, dan setengah dari mereka melaporkan penurunan jumlah pasangan seksual, serta berkurangnya penggunaan aplikasi kencan sesaat atau hook-up.

Secara teori, hal ini harusnya mengurangi penularan penyakit. Namun Sanchez menambahkan peringatan yang mengganggu: seperempat pria itu mengatakan mereka terinfeksi penyakit menular seksual.

Ditambahkan dia, hal ini berarti orang yang berhubungan seks tak tahu tentang status kesehatan seksual mereka. Sanchez memperingatkan bahwa ini adalah bom waktu yang potensial.

“Sangat mungkin bahwa perilaku berisiko seksual akan terus terjadi sebelum mereka punya akses penuh ke layanan pencegahan,” katanya dikutip dari AFP.

“Saya pikir kombinasi ini bisa meningkatkan penularan HIV.”

Di Washington, sebuah kota yang telah dilanda oleh HIV, klinik Whitman-Walker harus menghentikan tes walk-in harian untuk virus dan infeksi menular seksual lainnya (IMS) seperti sifilis, gonore dan klamidia.

Sekitar 50 orang biasa datang setiap hari untuk dites. Dalam beberapa kasus seperti homoseksual, tes tersebut telah menjadi pemeriksaan rutin yang dilakukan setiap tiga bulan.

“Semua orang itu pergi tanpa tes,” kata praktisi perawat Amanda Cary, yang sekarang hanya bisa memeriksa pasien bergejala dengan perjanjian sebelumnya

“Saya pikir akan ada peningkatan IMS,” katanya.

Sementara, penggunaan alat tes HIV di rumah – yang telah ada selama bertahun-tahun- kurang dimanfaatkan, kata Stephen Lee, direktur Nastad, sebuah asosiasi petugas kesehatan masyarakat yang berspesialisasi dalam HIV.

“Di India ada 2 juta penderita HIV. Karena lockdown banyak yang tinggal di desa jadi mereka tidak bisa mengakses obat. Kalau tidak bisa mengakses obat kondisinya buruk dan bisa meninggal. Selain itu menularkan lebih efektif,” kata dokter spesialis penyakit dalam Prof Zubairi Djoerban .

“Pasien HIV saya, itu yang berobat teratur tidak lagi terdeteksi HIV tidak menular, tapi kalo tidak minum obat maka virus meningkat lagi dan virus bisa menular.”